Selama proses menuju lanjut usia, individu akan banyak mengalami berbagai kejadian hidup yang penting yang sering dipandang sebagai sesuatu yang negatif, antara lain klimaterium, menopouse-andropouse, sangkar kosong (empty nest), berbagai kemunduran fisik, pensiun dan kejadian hidup lainnya yang dapat menyebabkan pemikiran yang negatif. Pada lanjut usia akan terjadi kehilangan ganda (triple loss) sekaligus yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen.
Adapun sebab-sebab kematian secara umum, yaitu:
- Tua
- Sakit
- Kecelakaan
- Dibunuh
- Bunuh diri
Namun sikap lansia itu sendiri terhadap kematian, yaitu:
1) Berakhirnya existensi manusia atas keadaan yang nyata di dunia ini
2) Putusnya relasi atas sesama manusia di dunia padahal relasi dengan yang di alam seberang belum di ketahui
3) Takut menghadap sang Pencipta, terlebih kalau hati nurani masih terganggu Takut kehilangan hal-hal duniawi, seperti harta, kepemilikan dan kedudukan
Sedangkan dalam menghadapi kematian terdapat tahap-tahap jika seorang lansia sudah di vonis dokter bahwa hidupnya tak akan lama lagi, yaitu:
- Tahap menyangkal:”Tidak mungkin!”
- Tahap marah: “Mengapa saya?”
- Tahap tawar menawar:”Apakah tidak ada obat lain?”
- Tahap depresi: Susah, Termenung
- Tahap menerima
Jadi jika kita ingin memahami dan menghibur orang lain (lansia) yang mengalami masa-masa sulit ini maka kita perlu mengetahui lansia tersebut sedang berada di tahap yang mana sehingga hiburan yang kita berikan dapat di terima olehnya.
Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia . Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya, menentramkan batinnya. Agama adalah sarana yang ampuh dan obat yang manjur untuk menyembuhkan manusia dari penyakit neurosis, dan penyakit neurosis yang diderita oleh orang yang berusia sudah 45 tahun keatas adalah berkaitan dengan soal kematian, menyangkut arti dan makna kehidupan.
Kebutuhan spiritual (keagamaan) dapat memberikan ketenangan batiniah. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan bahwa :
- Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius.
- Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.
- Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi.
- Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
- Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua. Ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan spiritual pada lanjut usia dapat memberi ketenangan batiniah, dimana spiritualitas berpengaruh besar pada kesehatan fisik dan kesehatan mental sehingga seorang lanjut usia mampu mengatasi perubahan atau stres yang terjadi dalam hidupnya dan dalam menghadapi kematiannya. Dengan spiritualitasnya lanjut usia lebih dapat menerima segala perubahan yang terjadi dalam dirinya dengan pasrah kepada Tuhan, yang tercermin melalui kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya dan dalam menghadapi suatu masalah (coping) dengan lingkungannya.
Adapun gambaran tentang ciri-ciri spiritualitas keagamaan lanjut usia adalah sebagai berikut :
- Kehidupan keagamaan sudah mencapai tingkat kemantapan.
- Kecenderungan menerima pendapat keagamaan meningkat.
- Mulai muncul pengalaman terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara sungguh-sungguh.
- Sikap cenderung mengarah pada kebutuhan saling mencintai dengan sesama serta sifat-sifat luhur lainnya.
- Muncul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
- Ciri ke enam berdampak pada meningkatnya pembentukan sikap keberagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat
Jadi yang dapat saya sarankan yaitu bahwa seorang lansia perlu lah untuk mendekatkan diri pada Tuhan agar ia mendapatkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme, serta sense of well being (kesejahteraan psikis) sehingga ia tidak merasa khawatir, stress atau depresi dalam menghadapi kematian. Sedangkan bila kita menghadapi seorang lansia yang akan menghadapi kematian karena penyakit kronis, maka kita perlu untuk melihat lansia tersebut berada di tahap penyangkalan, marah, depresi ataukah menerima. Sehingga hiburan yang kita berikan dapat di terima olehnya.
Dari berbagai sumber.