Ternyata belakangan ini saya mendapati masih banyak anak muslim yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan fasih, lancar dan makharijul huruf yang benar.  Tidak hanya anak SMP, SMA, bahkan yang sudah mahasiswapun masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an . Sampai-sampai muncul banyak penawaran kursus membaca  Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh komunitas tertentu. 

Setelah saya sedikit menganalisa dari hasil tanya-tanya, ternyata sejak kecil  orang tuanya acuh terhadap pendidikan Al-Qur’an anak. Mereka lebih mementingkan pelajaran umum. Padahal, bisa membaca Al-Qur’an  adalah kebutuhan primer seorang muslim.









Islam adalah agama yang sempurna dan sangat memperhatikan pertumbuhan generasi mendatang. Untuk itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memerintahkan kita mewujudkan keluarga shalih-shalihah, penuh kasih sayang karena Allah, penuh dengan dinamika ibadah.
Mungkin alasan orang tua lebih mementingkan pelajaran umum karena peduli pada masa depan anak. Masa depan yang mana? 30 tahun yang akan datang? 40 tahun yang akan datang? Ternyata para orang tua lupa, masa depan lebih panjang dari itu. Masih ada akhirat. Masa depan sesungguhnya. Dan, bisa membaca Al-Qur’an adalah bekal untuk hidup di sana.

Seharusnya dari rumah tangga Muslim akan terlahir anak-anak yang shalih-shalihah, kokoh dalam aqidah, tekun dalam ibadah, memiliki wawasan keilmuan dan penuh persaudaraan. Sehingga insya Allah secara keseluruhan Islam akan tumbuh kuat serta membawa rahmat bagi semesta alam. Sesuai dengan fungsi Islam itu sendiri sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Karena itu, kedua orang tua memiliki peran yang dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mengapa Al-Qur’an harus diajarkan sedari kecil ?
Setidaknya, ada dua faktor kenapa kita harus mengajari anak membaca Al-Qur’an .

Pertama, tanda kasih sayang pada anak. Sebagaimana yang kita tahu, orang tua pasti menyayangi anaknya. Apapun yang mereka punya, mereka berikan. Apapun yang mereka bisa, mereka korbankan. Akan tetapi, kadang orang tua tidak mengerti bahwa kasih sayang sesungguhnya adalah menyelamatkan anak dari dunia sampai akhirat. Hal ini bisa dilakukan diantaranya dengan mengajari anak membaca Al-Qur’an .
Boleh saja orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah umum, tapi jangan sampai al-Quran dilupakan. Kadang, orang tua malah menghabiskan waktu anaknya hanya untuk pelajaran umum. Siang sekolah, malam kursus privat. Hal ini tidak boleh terjadi. Luangkanlah waktu satu jam untuk mengajari anak membaca Al-Qur’an . Kalau orang tua tidak bisa karena sibuk atau karena faktor lain, bisa mendatangkan guru ngaji atau bisa mengajikan anak di Musholla terdekat.
Mengajari anak membaca al-Quran harus dimulai sejak kecil. Belajar pada usia kecil cepat bisa dan tidak gampang lupa. Sebagaimana kata pepatah, “Belajar di usia muda bagai mengukir di atas batu, belajar di usia tua bagai mengukir di atas air.” Rasulullah juga bersabda, “Barangsiapa yang belajar Al-Qur’an  pada usia muda, Allah akan mencampurkan Al-Qur’an itu dengan daging dan darahnya.” (HR. al-Baihaqi)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
إِنَّهُ ۥ لَقُرۡءَانٌ۬ كَرِيمٌ۬ 
Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’anini adalah bacaan yang sangat mulia”.  (QS Al-Waqi’ah [56] : 77). 
Ayat tersebut menyebutkan bahwa Al-Qur’anul Karim adalah bacaan yang paling mulia, karena ia merupakan kalam Allah Yang Maha Mulia, dibawa oleh malaikat yang mulia Jibril Alaihis Salam, diterima oleh Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, awal mula diturunkan pun pada bulan paling mulia yakni bulan suci Ramadhan. Diimani dan diikuti oleh umatnya yang mulia, yakni umat Islam.
Orang yang mengetahui kemuliaan Al-Qur’an, ia pasti akan mencintanya, membacanya, menghayati kandungan isinya, berusaha menghafal ayat demi ayat-Nya, dan yang paling pokok adalah berusaha mengamalkannya secara keseluruhan kaaffaah (totalitas) dalam kehidupan sehari-hari.
Karena Al-Qur’ansebagai bacaan yang mulia itulah, maka seorang muslim yang membacanya pun akan mendapatkan pahala dari huruf demi huruf yang dibacanya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,  yang artinya, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (H.R. At-Tirmidzi).
Juga pada hadits lain yang artinya,“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, ia akan bersama para malaikat mulia yang selalu berbakti. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dan bacaannya belum bagus dan merasa kesulitan, ia akan memperoleh dua pahala.”(H.R. Muslim).
Sesuai dengan namanya, Al-Qur’an adalah bacaan, maka kita sendirilah yang menjadikan Al-Qur’an itu menjadi Al-Qur’an bagi diri kita sendiri. Bagi orang yang melalaikan Al-Qur’an sebagai bacaan, berarti ia sendiri telah menghilangkan Al-Qur’an itu sendiri dalam kehidupannya. Na’udzubillahi min dzalik.


Membaca Al-Qur’an, bukan saja tugas dai/muballigh/ustadz/kyai saja. Tetapi kewajiban kita semua, kebutuhan kita semua selaku hamba-hamba-Nya yang bergelimang dosa, hamba-hamba-Nya yang telah banyak menikmati karunia Allah. Adapun dai/muballigh/ustadz/kyai memang punya peran ganda, untuk dirinya sama dengan yang lain, dan tugas menyampaikan kepada orang lain. Bukan karena pintar, tetapi karena lebi dulu tahu, lebih dahulu Allah beri tahu. Maka kewajiban yang tahu, sampaikan kepada yang lain yang belum mengetahui.

Kandungan Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia, dan pembeda antara yang haq dan yang batil. 
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
…..ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ…..
Artinya : “…..Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…..”. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 185). 
Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk maknanya, Al-Qur’an secara keseluruhan jika dikaji dan diteliti secara mendalam, akan menghasilkan hukum halal dan haram, nasihat-nasihat, serta hukum-hukum yang penuh hikmah.
Imam As-Suyuthi juga menjelaskan, bahwa Al-Quran mengandung petunjuk yang dapat menghindarkan seseorang dari kesesatan, ayat-ayatnya sangat jelas serta berisi hukum-hukum yang menunjukkan seseorang kepada jalan yang benar.
Pada sebuah ayat disebutkan:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (QS Al-Isra [17] : 82).
Dalam kitabnya, Muhammad al-Insân al-Kâmil, Sayyid Muhammad al-Maliki juga menyebutkan bahwa Rasulullah begitu memperhatikan pendidikan Al-Qur’an  terhadap anak kecil. Tentu, faidahnya begitu besar. Diantaranya, jiwa anak tertular jiwa Al-Qur’an , pikirannya disinari cahaya Al-Qur’an , berakidah Al-Qur’an sejak kecil, tumbuh dan besar dengan cinta pada Al-Qur’an , serta tahu bahwa Al-Qur’an  adalah firman Allah. Ketika demikian, Insyaallah seorang anak akan menjadi anak yang saleh.
Jika orang tua acuh pada pendidikan Al-Qur’an  anak, bisa dikatakan dia orang tua tidak memiliki kasih sayang pada anak. Kenapa demikian? Karena dia tidak membekali anak dengan sesuatu yang primer. Perlu diketahui, bisa membaca Al-Qur’an adalah kebutuhan pokok. Tidak bisa membaca Al-Qur’an  berarti tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok. Sungguh aneh, jika mengaku Islam tapi membaca kitab sucinya tidak bisa.
Selain itu, membekali anak dengan kemampuan membaca Al-Qur’an  berarti membekalinya dengan segudang pahala. Bagaimana tidak? Pahala membaca Al-Qur’an  begitu agung. Setiap hurufnya adalah pahala. Setiap pahala dilipat-gandakan menjadi sepuluh. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf kitab Allah (Al-Qur’an ) maka dia mendapat satu kebaikan. Dan satu kebaikan berlipat sepuluh sesamanya. Saya tidak mengatakan alif lâm mîm (الم) itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf, lam satu huruf, dan mimi satu huruf.” (HR. Turmudzi).

Kedua, investasi pahala orang tua. Sungguh beruntung orang tua yang memiliki anak bisa membaca Al-Qur’an . Anak yang bisa membaca Al-Qur’an adalah investasi yang tidak ternilai harganya. Sebab, ketika orang tua meninggal, tidak ada harapan lagi untuk mendapatkan pahala. Amalnya terputus. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa jika anak adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang diambil menfaatnya, dan anak saleh yang mendo’akan orang tuanya.
Nah, anak yang bisa membaca Al-Qur’an bisa diharapkan termasuk sesuatu yang bisa mengalirkan pahala. Sebab, setiap anak  membaca Al-Qur’an maka orang tuanya juga mendapatkan pahala pembacaan Al-Qur’an  itu. Sebagaimana pendapat Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya’ Ulumiddinbahwa setiap do’a dan amal baik yang dilakukan oleh anak, orang tua juga mendapatkan pahalanya.
Jika mengikuti pendapat Imam al-Ghazali ini, sangat beruntung orang tua yang memiliki anak saleh. Setiap anak berbuat baik maka orang tua juga mendapatkan pahala perbuatan baik itu. Setiap anak membaca Al-Qur’an , orang tua juga mendapatkan pahala pembacaan Al-Qur’an itu. Walaupun sang anak tidak menghadiahkan pahala pembacaan Al-Qur’an  itu untuk orang tuanya. Sebab, keberadaan anak di dunia dikarenakan keberadaan orang tua.
Lagipula, mengajari anak membaca Al-Qur’an  begitu besar imbalannya. Rasulullah bersabda, “Tidak seorangpun yang mengajarkan Al-Qur’an kepada anaknya kecuali dia akan dimahkotai pada hari kiamat dengan sebuah mahkota di surga. Ahli surga akan mengetahuinya bahwa dia telah mengajarkan Al-Qur’an kepada anaknya di dunia.” (HR. Thabrani)
Jadi, ajarilah anak anda membaca Al-Qur’an . Mengajari anak membaca Al-Qur’an  adalah bukti cinta orang tua pada anaknya. Ingatlah, masa depan anak begitu panjang. Tidak hanya 40 tahun mendatang, tapi juga setelah nafas menghilang. Selain itu, memiliki anak bisa membaca Al-Qur’an adalah keberuntungan tiada nilai. Sebab, ketika anak membaca Al-Qur’an  orang tua juga mendapatkan pahalanya.