Setiap manusia, sepanjang hidupnya, selalu diwarnai dengan pilihan-pilihan. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks. Untuk mengambil keputusan terhadap pilihan-pilihan itu juga dilandasi oleh kemampuan masing-masing. Mungkin selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran kita juga berbeda-beda. 
Setidaknya ada kemungkinan ketika kita mengambil suatu keputusan dilandasi oleh
  1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
  2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri (self value), atau
  3. Melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada kita. 
Selama ini, kita cenderung pada prinsip nomor 1, 2, atau 3?

            Sebagai pemimpin pembelajaran, guru-guru sudah dibekali pengetahuan agar mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran, mampu menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan dan mampu menerapkan strategi untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan.

            Guru sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan: 
1. Mampu melakukan praktik keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran. 
2. Mampu  mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain dan mampu bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut.
3. Mampu memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan. 
4. Mampu  menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema pengambilan keputusan dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

            Selain Dilema Etika kita juga harus menyikapi apa yang dinamakan sebagai Bujukan Moral. Sama-sama harus mengambil keputusan dari pilihan-pilihan. Tapi keduanya berbeda. Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Tapi di modul ini lebih banyak dibahas tentang Dilema Etika. 
Terdapat 3 Prinsip dalam Pengambilan Keputusan yang Memuat Unsur Dilema Etika. Tiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). 

        Dalam pembelajaran tentang Dilema Etika, pada modul Program Guru Penggerak,  ada penguatan tentang makna Karsa. Ini berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. 

        Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)


Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 
Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang. Berpijak pada aliran ulitarianism, yaitu mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah orang terbanyak. 

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 
Ikuti prinsip atau aturan – aturan yang telah ditetapkan. Berpijak dari filsafat, yaitu deontologis, dari bahasa yunani “deon” yang berarti tugas atau kewajiban. 

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) 
Memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda


Nah berikutnya yang terpenting adalah  pengetahuan tentang 9 langkah Pengambilan Keputusan.
Meskipun bukan suatu pedoman dan harga mati, berarti masih fleksibel, 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai kebajikan yang bertentangan.

Langkah ke-1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan. 
Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? 
Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. 
Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi.. 

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi.
Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

4. Pengujian benar atau salah
Ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan, yaitu : 
Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam. 
Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir. 
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. 
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi? 
- Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 
Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama.

6. Melakukan Prinsip Resolusi 
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai? Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) ? Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ? Atau Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking

7. Investigasi Opsi Trilema 
Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

8. Buat Keputusan 
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya. 

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan 
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.


Demikian sedikit rangkuman yang diambil dari modul Program Guru Penggerak Angkatan 4. Sepertinya perlu disimpan dan dishare ke guru lain agar segera terwujud profil guru-guru yang handal dan memiliki kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. 




#bedahmodulgurupenggerak
#pemerintahprovinsijawatimur
#dinaspendidikanprovinsijawatimur