SEKOLAH CAKALI : ASPIRASI DAN HARAPAN TENTANG BAGAIMANA SEHARUSNYA SEBUAH SEKOLAH YANG IDEAL

Oleh Ali Tamami (sekolahcakali@gmail.com)

 


Sekolah Ideal, ini mungkin lebih tepat dibanding menggunakan kata Sekolah impian. Mengapa? Seya khawatir kalau sekolah impian nantinya hanya aada dalam alam mimpi. Padahal ini seharusnya benar-bener dibuat nyata adanya. Harapan terwujjudnya menjadi myata. Menurut saya, sekolah ideal adalah tempat di mana semangat belajar dan kemerdekaa berekspresi berpadu harmonis. Di sini, interaksi antara guru, murid, dan semuapihak yang ada disekolah melaksnkan tugas pendidikannya (mendidik) dilandasi rasa cinta kasih, saling menghormati, nguwongke, memanusiakan manusia, dan yang paling puenting adalah terjadinya ekosistem kesetaraan.

Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing, bukan mendikte. Murid diperlakukan sebagai individu unik yang memang secara kodrat memiiliki potensi masing-masing. Semua yang ada di sekolah ideal adalah aktor pendidikan, semua menjadi mitra yang mendukung proses kterjadinya proses pendidikan. Proses belajar mengajar di sekolah ini menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara: "Ing Ngarso Sung Tuladho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". Guru dan semua pihak di sekolah memberi teladan, membangun semangat, dan mendorong dari belakang.

Metode pengajaran ygdigunakan menyenangkan, bervariatif dan interaktif, seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, problem solving dan eksplorasi alam lingkunan. Murid diberi keleluasaan untuk memilih topik yang mereka minati sesuai kemampuannya, mirip dengan sistem di Finlandia ada penerapan “teaching at the right level”. Kegiatan belajar sering dilakukan di luar kelas, memanfaatkan alam sebagai laboratorium belajar. Krn itu lingkungan fisik sekolah dirancang untuk mendukung pembelajaran yang nyaman lingkungn dan menumbuhkan inspiratif. Saya bayangkan bangunan sekolah memadukan arsitektur tradisional dengan fasilitas modern, dinamis atau apa namanya pokoknya tidak harus kotak-kotak seperti yang terjadi di kelas-kelas sekolah saat ini. Ruang kelas fleksibel dengan furniture yang mudah diatur ulang untuk berbagai kegiatan. Taman dan kebun sekolah menjadi area hijau yang asri, tempat murid belajar tentang alam dan bercocok tanam. Perpustakaan yang nyaman dan kaya sumber belajarmenjadi pusat kegiatan literasi. Wow wow ... betapa indahnya masa belajar murid-murid kita selama di sekolah.

Hal penting berikutnya adalah terjadinay uasana sosial emosional di sekolah, dimana terjadi hubungan kekelluargann penuh kehangatan dan dukungan. Setiap anggota komunitas sekolah merasa dihargai dan diterima apa adanya. Keberagaman dilihat sebagai kekuatan, bukan hambatan. Karena itu program mentoring dan konseling tersedia untuk mendukung perkembangan inteleksutal,emosional maupun sosial murid. Jika ada kKonflik diselesaikan melalui dialog dan mediasi, mengajarkan keterampilan resolusi konflik sejak dini misalnya melalaui restitusi atau pendekatan humanis sejenis itu.

Saya juga membayangkan Iklim belajar di sekolah ini mengingatkan pada semangat Taman Siswa, di mana pendidikan dipandang sebagai proses pembudayaan, bukan melulu pengajaran yng mencekoki murid dg pengetahuan2 textbook. Murid diberi kemerdekaan untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan bakat mereka. Seperti di sekolah-sekolah Finlandia, tekanan akademik diminimalkan. Tidak ada pekerjaan rumah yang berlebihan atau ujian, asesmen, penilaian atau apapun namanya yang terlalu membebani. Penilaian lebih berfokus pada perkembangan individual daripada perbandingan antar murid, utk memastikan perkembangan kurikulernya tercapai, penilaian bukan untuk menghukum dan menjudgement siswa.

 Ada lagi, sekolah ini juga mengadopsi beberapa praktik terbaik dari sekolah-sekolah ternbaik di seluruh dunia. Misalnya, sistem Agora dari Belanda, di mana murid memiliki otonomi dalam menentukan apa yang ingin mereka pelajari. Atau konsep "Yutori Kyoiku" dari Jepang, yang memberikan waktu lebih banyak untuk pengembangan diri dan kreativitas. Intinya, menyeimbangkan kurikulum global tapi tetap menguatkan elemen budaya lokal. Seperti itulah Ki Hajar Dewantara dulu.

 Ya namnya juga sedang memimpikan sekolah ideal, pinginnya disemua sekolah impian ini murid belajar seeprti halnya seorangn petualang yang menyenangkan. Murid kesekolah dengan antusias, siap menjelajahi dunia pengetahuan yang begitu luaaaasss. Guru-gurunaya mengajar dengan passion, tak henti berinovasi dalam metode pengajaran sesuai yang dibutuhkan muridnay. Orang tua dan masyarakat aktif terlibat, menciptakan ekosistem pendidikan yang humanis dan  beragam kreatifitas. Sekolah ideal menjadi tempat di mana setiap individu dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi uniknya, mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan kreativitas, empati, dan keterampilan berpikir kritis. Andai saya mendapat rizki dari Allah yang cukup untuk membangun sebuah sekolah, saya akan wujudkan sekolah saya dengan nama “Sekolah CakAli”. Aamiiinn....

 

Sidoarjo, 30 Juni 2024